Sunday, May 30, 2010

pening2..

bismillahirrahmanirrahim..

nk share satu crite..

ari tu g masuk kelas briefing physiology..dr hassan eisa..gtg punyer(skali ngan budak arab)..suasananya memang bising sangat..biasa la tu kelas arab..pastu dr pun masuk dan memulakan briefingnya sprti biasa dgn ada mukaddimahnya....budak arab ni klu dr ada cakap salah atau something yg diorang xsuka..terus je 'hambur'kat dr tu..ok..briefing brjalan sprti biasa n abis..

then,pergi plak masuk briefing physiology kls bdak2 malizi..wah terasa lain sgt suasananya..senyap je..pastu dr pun bg la briefing..n nasihat kami agar jgn duk spot2 soklan..n jgn ada yg prgi tnya blkg tabir apa soklan2 yg msuk..huhu..dan..
tetiba dr ada trsalah cakap..pastu,bila dia dah teringat balik..dia marah kami,knape kamu xcakap yg sy salah ckp?n menunjukkan muka yg 'pelik' dgn budak malizi..huhu..yela,ingtkn dr bg contoh tadi..

haih~lucu

orang arab dilatih brsikap terus terang
kita dilatih bersikap berbudi bahasa..

tapi dalam terus terang itulah diorang boleh ingat beribu2 maklumat..semua dlm otak
dan kita dalam berbudi bahasa itu banyak hati2 yg terluka n byk prasangka..sbb ada sikap itulah,ilmu xdpt disimpan lama2...btul ke hipotesis sy?

tapi..dua2 ada baik ada buruk..

Friday, May 28, 2010

life is like a cup of coffee~

A group of alumni, highly established in their careers, got together to visit their old university professor. Conversation soon turned into complaints about stress in work and life.

Offering his guests coffee, the professor went to the kitchen and returned with a large pot of coffee and an assortment of cups - porcelain, plastic, glass, crystal, some plain looking, some expensive, some exquisite - telling them to help themselves to the coffee.

When all the students had a cup of coffee in hand, the professor said: "If you noticed, all the nice looking expensive cups have been taken up, leaving behind the plain and cheap ones. While it is normal for you to want only the best for yourselves, that is the source of your problems and stress.

Be assured that the cup itself adds no quality to the coffee. In most cases it is just more expensive and in some cases even hides what we drink. What all of you really wanted was coffee, not the cup, but you consciously went for the best cups... And then you began eyeing each other's cups. ---->so berhentilah melihat kelebihan2 orang lain dan kekurangan2 kita..tukarkan ia mnjadi satu motivasi bg kita utk jd lebih berani n sentiasa mmperbaiki diri..ia dipanggil sbg reverse psycology^^.

Now consider this: Life is the coffee; the jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain Life, and the type of cup we have does not define, nor change the quality of life we live.

Sometimes, by concentrating only on the cup, we fail to enjoy the coffee. Savor the coffee, not the cups! The happiest people don't have the best of everything. They just make the best of everything. Live simply. Love generously. Care deeply. Speak kindly.


kredit utk haru glory from gen8~

Wednesday, May 26, 2010

-ajar


Gambar ini khabarnya adalah dr Pameran Seni yang diadakan di Sepanyol



Sebuah hadis diriwayatkan daripada Thauban r.a., bahawa Rasulullah SAW bersabda, yang bermaksud : "Setelah aku wafat, setelah lama aku tinggalkan, umat Islam akan lemah. Di atas kelemahan itu, orang kafir akan menindas mereka bagai orang yang menghadapi piring dan mengajak orang lain makan bersama."

Maka para sahabat r.a. pun bertanya, "Apakah ketika itu umat Islam telah lemah dan musuh sangat kuat?" Sabda Baginda SAW : "Bahkan masa itu mereka (umat Islam) lebih ramai tetapi tidak berguna, tidak bererti dan tidak menakutkan musuh. Mereka adalah ibarat buih di laut."

Sahabat bertanya lagi, "Mengapa seramai itu tetapi seperti buih di laut?" Jawab Rasulullah SAW, "Kerana ada dua penyakit, iaitu mereka ditimpa penyakit al-Wahn."

Sahabat bertanya lagi, "Apakah itu al-Wahn?" Rasulullah SAW bersabda : "Cintakan dunia dan takut akan kematian."..


-Bila kita lihat gambar diatas, terasa sungguh biadap kelakuan tersebut, sebagai umat Islam mesti ada rasa kemarahan, geram sebab mempermain2kan mempersenda2kan Islam..

A.W>A.K>e.N

to all my dear bro and sis in Islam..
lets us take back His nur to bright our hearts..
bcoz of so many disasters from mazmumah fill up these hearts..
for a long time..

special to us:>>
We were given so many prizes

We changed the desert into oasis
We built buildings of different lengths and sizes
And we felt so very satisfied
We bought and bought
We couldn't stop buying
We gave charity to the poor 'cause
We couldn't stand their crying
We thought we paid our dues
But in fact
To ourselves we're just lying

Oh...I'm walking with my head lowered in shame from my place
I'm walking with my head lowered from my race
Yes it's easy to blame everything on the west
When in fact all focus should be on ourselves

We were told what to buy and we'd bought
We went to London, Paris and Costa Del Sol
We made show we were seen in the most exlusive shops
Yes we felt so very satisfied

We felt our money gave us infinite power

We forgot to teach our children about history and honor
We didn't have any time to lose
When we were.. (were)
So busy feeling so satisfied

I'm walking with my head lowered in shame from my place
I'm walking with my head lowered from my race
Yes it's easy to blame everything on the west
When in fact all focus should be on ourselves

We became the visuals without a soul
despite the heat
Our homes felt so empty and cold
To fill the emptiness
We bought and bought
Maybe all the fancy cars
And bling will make us feel satisfied

My dear brother and sister
It's time to change inside

Open your eyes
Don't throw away what's right aside
Before the day comes
When there's nowhere to run and hide
Now ask yourself 'cause Allah's watching you

Is He satisfied?
Is Allah satisfied?
Is Allah satisfied?
Is Allah satisfied?

Oh..I'm walking with my head lowered in shame from my place
I'm walking with my head lowered from my race
Yes it's easy to blame everything on the west
When in fact all focus should be on ourselves ...maher zain

Friday, May 21, 2010

tarbiah akhirat

Sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa akhirat menjadi obsesinya, maka Allah menjadikan semua urusannya lancar, hatinya kaya dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk. Dan, barangsiapa dunia menjadi obsesinya, maka Allah mengacaukan semua urusannya, menjadikannya miskin dan dunia datang kepadanya sebatas yang ditakdirkan untuknya.” Ibnu Majah meriwayatkan dengan sanad shahih.

Barangsiapa akhirat menjadi kesibukan utamanya dan obsesinya, maka setiap hari ia ingat perjalanan hidupnya kelak, apa pun yang ia lihat di dunia pasti ia hubungkan dengan akhirat, dan akhirat selalu ia sebut di setiap pembahasannya. Ia tidak bahagia kecuali kerana akhirat, tidak sedih kecuali kerana akhirat. Tidak redha kecuali kerana akhirat. Tidak marah kecuali kerana akhirat. Tidak bergerak, kecuali kerana akhirat. Dan tidak berusaha kecuali kerana akhirat.
Siapa saja yang beroleh seperti itu, ia diberi tiga kenikmatan oleh Allah Ta’ala. Nikmat yang Dia berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki diantara hamba-hambaNya. Iaitu orang-orang yang menyiapkan jiwa mereka hanya untuk ALLAH Ta’ala dan tidak ada selain DIA yang masuk ke hati mereka, baik berupa berhala-berhala dunia, atau perhiasan, atau pesonanya.


Nikmat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Seluruh urusan hidupnya lancar
Allah SWT memberinya ketenteraman dan kedamaian, mengumpulkan semua ideanya, meminimakan sifat lupanya, mengharmonikan keluarganya, menambah jalinan kasih sayang antara dirinya dan pasangannya, merukunkan anak-anaknya, mendekatkan anak-anak padanya, menyatukan kaum kerabat, menjauhkan konflik dari mereka, mengumpulkan hartanya, ia tidak bimbang memikirkan perniagaannya yg tidak begitu baik, tidak bertindak seperti orang bodoh, membuat hati manusia terarah padanya, siapapun mencintainya dan melancarkan urusan-urusan yang lain.

2. Kaya hati
Nikmat yang paling agung adalah kaya hati, sebab Rasulullah SAW bersabda dalam hadith sahih, yang ertinya;

“ Kekayaan hakiki bukan bererti harta melimpah. Tapi, kekayaan ialah kekayaan hati” (HR. Muslim)

Imam Al Manawi berkata; maksudnya, kekayaan terpuji itu bukan banyak harta dan kebendaan. Ini kerana banyak sekali manusia dijadikan kaya oleh Allah, namun kekayaannya yang banyak itu tidak bermanfaat baginya dan ia bercita-cita menambah kekayaannya, tanpa peduli dari mana sumbernya.

Ia seperti orang miskin, kerana begitu kuat keinginannya. Orang seperti itu miskin selama-lamanya. Tapi, kekayaan terpuji dan ideal menurut orang-orang sempurna adalah kekayaan hati.

Di riwayat lain disebutkan kekayaan jiwa. Maksudnya, orang yang punya kekayaan jiwa merasa tidak bimbang akan rezekinya, menerimanya dengan lapang dada, dan redha dengannya, tanpa memburu dan memintanya dengan menekan.

Barangsiapa di jaga jiwanya dari kerakusan, maka jiwanya tenteram, agung, mendapatkan kebersihan, kemuliaan, dan pujian. Itu semua jauh lebih baik dari kekayaan yang diterima orang yang miskin hatinya. Kekayaan membuat orang yang miskin hati terperosok dalam hal-hal hina dan perbuatan-perbuatan murahan, kerana kecilnya obsesi yang ia miliki. Akibatnya, ia menjadi orang kerdil di mata orang, hina di jiwa mereka, dan menjadi orang paling hina.

Jika seseorang punya harta yang berlimpah, namun ia tidak qana’ah (merasa cukup) dengan rezeki yang diberikan Allah SWT kepadanya, maka ia hidup terengah-engah seperti binatang buas dan menjadikan hartanya sebagai tuhan baru. Sungguh, ia orang miskin sejati, kerana orang miskin ialah orang yang selalu tidak punya harta dan senantiasa merasa tidak cukup.

Dikisahkan, seseorang berkata kepada orang zuhud, Ibrahim bin Adham, lalu berkata,

“Saya ingin anda menerima jubah ini dariku.” Ibrahim bin Adham berkata,”Kalau Anda kaya, saya mahu menerima hadiah ini. Jika anda miskin, saya tidak mahu menerimanya.” Orang itu berkata, ”saya orang kaya.”

Ibrahim bin Adham berkata, ”Anda punya jubah berapa?” Orang itu menjawab,”Dua ribu jubah.” Ibrahim bin Adham berkata,”Apakah Anda ingin punya empat ribu jubah?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibrahim bin Adham berkata,”Kalau begitu anda miskin (kerana masih memerlukan jubah lebih banyak lagi). Saya tidak mahu menerima hadiah jubah ini darimu.”

3. Dunia datang kepadanya
Saat ia lari dari dunia, justru dunia mengejarnya dalam keadaan tunduk. Seperti yang dikatakan Ibnu Al-jauzi,

” Dunia itu bayangan. Jika engkau berpaling dari bayangan, maka bayangan itu mengekorimu. Jika engkau memburu bayangan, maka bayangan menghindar darimu. Orang zuhud tidak menoleh kepada bayangan malah diikuti bayangan. Sedang orang (rakus tidak melihat bayangan setiapkali ia menoleh kepadanya.”

Sedang orang yang dunia menjadi obsesinya, ia hanya memikirkan dunia, bekerja kerananya, peduli kepadanya, tidak bahagia kecuali kerananya, tidak berteman dan memusuhi orang kerananya. Akibatnya, ia dihukum Allah dengan tiga hukuman;

1. Urusannya kacau
Allah SWT mengacaukan semua urusannya. Hatinya menjadi gundah tidak tenang, fikirannya kacau, jiwanya goncang dan kalut dalam pelbagai hal. Allah SWT mengacaukan hartanya, mengacaukan anak-anak dan pasangannya. Allah SWT membuat manusia antipati kepadanya. Tidak ada seorangpun yang mencintainya sebab Allah SWT menentukannya dibenci orang di bumi.

2. Selalu miskin
Hukuman ini membuatnya selalu tidak puas, padahal memiliki harta banyak. Ia senantiasa merasa miskin. Dan itu menjadikannya lari hingga terengah-engah di belakang harta.

3. Dunia lari darinya
Dunia selalu lari darinya. Ia memburu dunia namun dijauhi dan ia berlari dibelakangnya, persis seperti orang yang mengira fatamorgana itu air. Ketika ia tiba di fatamorgana, ia tidak mendapatkan apa-apa.

Inilah yang membuat Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu berkata, “Obsesi dunia itu kegelapan di hati, sedang obsesi kepada akhirat itu cahaya di hati.”

Bagaimana karakteristik dari orang-orang yang terobsesi pada akhirat?

Kita dapat mengukur dengan membandingkannya pada diri kita.
Sebelumnya mengenai hal ini, ada tiga kelompok cara pandang manusia terhadap kehidupan:

1. Orang yang lebih sibuk dengan akhirat daripada dunia.
Mereka mebuat hidupnya didominasi oleh akhirat. Dunia hanya diletakkan digenggaman tangannya bukan di hatinya. Ini adalah kelompok orang yang beruntung.

2. Orang yang lebih sibuk dengan dunia daripada dengan akhirat
Mereka begitu cinta dunia hingga dunia menguasainya dan membuatnya lupa kepada akhirat dan mereka juga tidak tahu bahawa dunia itu jambatan menuju akhirat. Ini adalah kelompok orang yang celaka

3. Orang yang sibuk dengan keduanya sekaligus.
Mereka tidak ingin masuk pada kelompok pertama atau kedua, namun ingin mendapatkan sebahagian karakteristik kelompok pertama dan sebahagian kelompok kedua. Mereka ini adalah kelompok yang berada dalam situasi krisis.

Tentunya kita tidak ingin masuk ke dalam kelompok kedua dan ketiga, kerananya kita perlu mengetahui karakteristik kelompok pertama iaitu orang-orang yang berjaya.
Karakteristik dari kelompok pertama antara lain:

1. Sedih kerana akhirat
Sedih kerana akhirat membuatkan seseorang memiliki perasaan takut kepada Allah Ta’ala menghisab dirinya pada Hari Kiamat, lalu ia menghisab dirinya sebelum ia dihisab kelak di akhirat.

2. Selalu mengadakan Muhasabah (evaluasi diri)
Umar bin Khattab ra berkata “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang. Dan, bersiap-siaplah menghadapi Hari Kiamat.”

3. Selalu beramal untuk akhirat
Amal soleh bukan hanya solat, puasa, membaca Al-qur’an dan dzikir, tapi amal soleh adalah apa saja yang dicintai Allah Ta’ala.

4. Tersentuh dan sensitif melihat pemandangan kematian
Seorang tabi’in Ibrahim An Nakhai berkata, “Jika kami datang ke rumah orang yang meninggal dunia atau mendengar ada orang yang meninggal dunia, hal itu membekas pada kami hingga berhari-hari, kerana kami tahu ada sesuatu (ajal) datang pada orang tersebut, lalu membawanya ke syurga atau neraka”

Itulah pengingat bagi kita semua, bahawa sesungguhnya kehidupan ini adalah jalan untuk kembali kepada Allah, sekolah yang laporannya nanti akan diserahkan di akhirat. Mari kita sama-sama mengevaluasi diri kita, selalu meluruskan niat kita hanya kepada Allah dan berdoa kepada-Nya memohon ketetapan iman di hati sampai pada hari penutup kita nanti.

“Yaa muqollibalquluub tsabbit qolbiy alaa diinika” Wahai Dzat yang membolak-balik hati, kukuhkan hatiku tetap berada di atas agamamu.